top of page

Artists

Image-empty-state.png

Abdi Setiawan

Born

December 29, 1971 in Sicincin,Pariaman, Indonesia


Education

1993 – 2003 Institut Seni Indonesia (ISI/ Indonesian Institut of Fine Arts) Yogyakarta Indonesia

Image-empty-state.png

Adi Dharma (aka. Stereoflow)

Born 1982, Adi Dharma (a.k.a Stereoflow) started doing graffiti in the late 90s and is heavily influenced by the hip-hop culture. He pursued a professional career around 2008 producing works such as murals, paintings, sculptures and installations. He has exhibited works in France, Germany, Spain, Hong Kong, Taiwan, Thailand, Singapore, United States, Canada and Australia. In Indonesia, he has participated in prestigious exhibitions such as Biennale Jogja and ICAD. Also he has done many commission work with many well known brands throughout Indonesia and Asia.


As his visual style continues to evolve, his graffiti background somehow remains visible in his now more contemporary abstract works.  Adi simply hopes people can feel more of the visual vibes rather than questioning the meaning. It is the same when listening to music. just listen and enjoy, he says.

Image-empty-state.png

Adi Sundoro

(b. Indonesia, 1992)


Adi Sundoro merupakan seniman Indonesia yang terus konsisten dalam memperluas praktik seni grafisnya di luar konvensi. Adi merupakan lulusan Program Studi Pendidikan Seni Rupa di Universitas Negeri Jakarta. Ketertarikannya dengan seni grafis serta keterbatasan alat dan material mendorongnya untuk mengembangkan prosesnya sendiri, yang seringkali memanfaatkan teknik-teknik rumahan. Adi juga tertarik pada isu tentang makanan sebagai kebutuhan pokok manusia dan kaitannya terhadap wacana sosio-politik, ekonomi, dan budaya yang lebih luas. 


Ia mendapatkan anugerah Public Prize Award pada “The 1st International Kitchen Litho Contest” di Prancis (2015), dan Consolation Prize pada “The 3rd ASEAN Graphic Arts Competition and Exhibition” di Vietnam (2020). Ia menyelenggarakan pameran tunggal bertajuk “Bualan Ikan: Narasi-narasi yang Terseret Arus” di Kedai Kebun Forum, Yogyakarta pada 2019. Adi juga merupakan anggota dari kelompok Grafis Huru Hara yang berfokus pada eksplorasi, eksperimentasi, dan pendidikan seni grafis. Adi kini tengah menempuh pendidikan magister di Institut Teknologi Bandung. Ia kini tinggal dan bekerja antara Bandung dan Jakarta.

Image-empty-state.png

Agus Putu Suyadnya

Agus Putu Suyadnya (Born 1985, Denpasar).
I works and lives in Yogyakarta, Indonesia. Studying fine arts academically and obtained a Bachelor of Fine Arts degree at Yogyakarta Indonesian Institute of Arts (2003-2010). My artworks is the result of a reflection of life, which tells about my relationship with God and the environment around me. Through art, I hope it can become a space for imaginative simulation and contemplation.

Image-empty-state.png

Alexander Sebastianus

Alexander Sebastianus Hartanto (b. 1995) sees ethnographic research as an experiential mode of existence. His works explore the decontextualization of material cultures and how they are perceived, understood and ritualized in practice. For Sebastianus, decolonizing the ontologies of art is to reclaim Sani, a way of living that involves offering, service and search of the unknown. Such a practice leads to a recreation of pilgrimages, sacred spaces and woven cloths, all of which may or may not be archived, documented or shared. In Sani, what is left are remnants and evidence of materials.


A. Sebastianus Hartanto is an artist who achieved the William Daley Award for Excellence in Art History and Craft in 2017. Trained as an apprentice in his grandmother’s hometown in East Java, he mastered the art of weaving, which has become essential in his exploration of visual and material ontology. Currently he works at Rumah Sukkha Citta in Java as an ethnographer and developer of textile crafts.

Image-empty-state.png

Alodia Yap

Image-empty-state.png

Anastasia Astika

(b. Indonesia,1995)


Anastasia Astika, atau akrab dipanggil Tika, merupakan seniman Bandung yang berkarya lewat seni grafis dan kertas sebagai medium utamanya. Ia merupakan lulusan Program Studi Seni Rupa dari Institut Teknologi Bandung sejak tahun 2018. Selama studinya di ITB, ia menumbuhkan ketertarikan pada cetak dalam (intaglio), terutama dry point, etsa, dan aquatint. Teknik-teknik tersebut dikenal sebagai proses yang kompleks dan membutuhkan ketelitian, yang melibatkan berbagai reaksi kimia untuk menorehkan citraan yang diinginkan pada pelat logam serta mengandalkan sensibilitas dan pengetahuan seniman tentang material. Proses seni grafis telah membawanya pada pengalaman yang kontras antara meluapkan energi kreatifnya dan mengikuti prosedur yang ketat, antara mengeksplorasi bentuk organik dan menyusun komposisi yang detail. Dalam seri karya terbarunya, Tika menitikberatkan gagasannya pada aktivitas mengumpulkan fragmen memori personalnya yang melihat hubungan antara dirinya dan objek-objek keseharian di sekitarnya.

Image-empty-state.png

Andy Dewantoro

BIO

Born 1973 - TanjungKarang, Lampung, Indonesia


EDUCATION

[1995-2000] Interior Design, Faculty of Fine Art and Design,

Bandung Institute of Technology (ITB)

Image-empty-state.png

Andy Sueb

Image-empty-state.png

Antoe Budiono

Image-empty-state.png

Bagus Panuntun

Image-empty-state.png

Bambang BP

bottom of page