Artists

Adi Sundoro
(b. Indonesia, 1992)
Adi Sundoro merupakan seniman Indonesia yang terus konsisten dalam memperluas praktik seni grafisnya di luar konvensi. Adi merupakan lulusan Program Studi Pendidikan Seni Rupa di Universitas Negeri Jakarta. Ketertarikannya dengan seni grafis serta keterbatasan alat dan material mendorongnya untuk mengembangkan prosesnya sendiri, yang seringkali memanfaatkan teknik-teknik rumahan. Adi juga tertarik pada isu tentang makanan sebagai kebutuhan pokok manusia dan kaitannya terhadap wacana sosio-politik, ekonomi, dan budaya yang lebih luas.
Ia mendapatkan anugerah Public Prize Award pada “The 1st International Kitchen Litho Contest” di Prancis (2015), dan Consolation Prize pada “The 3rd ASEAN Graphic Arts Competition and Exhibition” di Vietnam (2020). Ia menyelenggarakan pameran tunggal bertajuk “Bualan Ikan: Narasi-narasi yang Terseret Arus” di Kedai Kebun Forum, Yogyakarta pada 2019. Adi juga merupakan anggota dari kelompok Grafis Huru Hara yang berfokus pada eksplorasi, eksperimentasi, dan pendidikan seni grafis. Adi kini tengah menempuh pendidikan magister di Institut Teknologi Bandung. Ia kini tinggal dan bekerja antara Bandung dan Jakarta.

Alexander Sebastianus
Alexander Sebastianus Hartanto (b. 1995) sees ethnographic research as an experiential mode of existence. His works explore the decontextualization of material cultures and how they are perceived, understood and ritualized in practice. For Sebastianus, decolonizing the ontologies of art is to reclaim Sani, a way of living that involves offering, service and search of the unknown. Such a practice leads to a recreation of pilgrimages, sacred spaces and woven cloths, all of which may or may not be archived, documented or shared. In Sani, what is left are remnants and evidence of materials.
A. Sebastianus Hartanto is an artist who achieved the William Daley Award for Excellence in Art History and Craft in 2017. Trained as an apprentice in his grandmother’s hometown in East Java, he mastered the art of weaving, which has become essential in his exploration of visual and material ontology. Currently he works at Rumah Sukkha Citta in Java as an ethnographer and developer of textile crafts.

Anastasia Astika
(b. Indonesia,1995)
Anastasia Astika, atau akrab dipanggil Tika, merupakan seniman Bandung yang berkarya lewat seni grafis dan kertas sebagai medium utamanya. Ia merupakan lulusan Program Studi Seni Rupa dari Institut Teknologi Bandung sejak tahun 2018. Selama studinya di ITB, ia menumbuhkan ketertarikan pada cetak dalam (intaglio), terutama dry point, etsa, dan aquatint. Teknik-teknik tersebut dikenal sebagai proses yang kompleks dan membutuhkan ketelitian, yang melibatkan berbagai reaksi kimia untuk menorehkan citraan yang diinginkan pada pelat logam serta mengandalkan sensibilitas dan pengetahuan seniman tentang material. Proses seni grafis telah membawanya pada pengalaman yang kontras antara meluapkan energi kreatifnya dan mengikuti prosedur yang ketat, antara mengeksplorasi bentuk organik dan menyusun komposisi yang detail. Dalam seri karya terbarunya, Tika menitikberatkan gagasannya pada aktivitas mengumpulkan fragmen memori personalnya yang melihat hubungan antara dirinya dan objek-objek keseharian di sekitarnya.