(F): Space, Time, Movement
17 Juni 2022
-
20 Agustus 2022
Semarang Contemporary Art Gallery, Jl. Taman Srigunting, Tanjung Mas, Semarang City, Central Java, Indonesia
Semarang Gallery berkolaborasi dengan Bale Project mempersembahkan dua pameran bersama yang diselenggarakan dalam waktu yang bersamaan di Semarang Gallery dengan tajuk
“(F): Space, Time, Movement” dan “Private Purview”.
“(F): Space, Time, Movement” merupakan pameran duet yang menampilkan 16 karya-karya baru dari dua seniman Bandung, Septian Harriyoga dan Nurrachmat Widyasena. Judul pameran, ‘F’, mengambil simbol matematis dari ‘gaya’, mengacu pada tema yang dieksplorasi oleh kedua seniman dan bagaimana mereka dapat menggambarkan kekuatan alam yang tak kasatmata. Gaya terwujud dalam berbagai bentuk, mulai dari gerakan, gravitasi, panas, gesekan, hingga energi potensial yang tersimpan dalam benda diam. Hal-hal tersebut merepresentasikan hukum-hukum alam yang mengatur bagaimana dunia yang kita tinggali ini bekerja.
Dalam pameran ini, kedua seniman menggali keingintahuannya mengenai bagaimana praktik artistik dapat digabungkan dengan sains dan rekayasa teknik serta melihat bagaimana hubungan antara pemahaman manusia mengenai kekuatan alam berkaitan dengan konsepsi kita tentang waktu, ruang, gerak, dan energi dalam pengalaman kehidupan manusia.
Meskipun kedua seniman memiliki ketertarikan dan kekaguman yang sama terhadap tema gaya dan kekuatan alam, keduanya berkarya dengan pendekatan yang berkebalikan. Septian menitikberatkan proses kreatifnya melalui eksperimentasi langsung dengan material dan mekanika di bengkelnya, sedangkan Nurrachmat lebih memilih untuk mengembangkan gagasannya dari wacana teoritis. Septian menggunakan fisika mekanik untuk menciptakan karya-karya patung yang bergerak, sementara Nurrachmat cenderung menggunakan komposisi bentuk dan abstraksi dalam material yang digunakannya.
Dalam pameran ini, Septian menampilkan patung-patung kinetis yang menggunakan mekanisme fisika sederhana dan juga memanfaatkan elemen alam seperti udara dan gravitasi untuk menghasilkan karya-karya yang dinamis. Karya-karya Septian dapat dinikmati dengan mengamati aspek-aspek formal seperti keseimbangan, ritme, dan gerak, sekaligus merepresentasikan pergerakan kosmologis alam semesta. Sedangkan Nurrachmat mengembangkan karya-karyanya dari studinya mengenai gravitasi.
Ia menjadikan grafik dan bagan teori fisika sebagai landasan dengan membayangkan bagaimana mereka dapat divisualisasikan menjadi karya artistik. Hasilnya adalah bentuk-bentuk instalasi dan objek abstrak yang mengambil konsep fisika teori. Misalnya, ia menginterpretasikan konsep ‘lipatan ruang dan waktu’ menjadi bentuk lipatan dan pelisir, penggunaan bentuk kurva untuk menggambarkan konsep ‘ruang dan waktu yang melengkung’, serta warna merah dan biru yang kerap digunakan untuk memvisualisasikan kutub magnet.